17/01/12

BP: Kesalahan Fatal PSSI Djohar Arifin Adalah Mencederai Hakikat Kompetisi



REPUBLIKA.CO.ID, Striker Persija Jakarta Bambang Pamungkas menilai PSSI telah mencederai hakikat dan semangat sebuah kompetisi lewat keputusannya yang mengatrol enam tim ke kasta tertinggi.
Melalui laman pribadinya Bambang mengungkapkan, dirinya sempat berharap terjadi perubahan sepakbola nasional menuju arah yang lebih baik setelah tumbangnya kepengurusan Nurdin Halid. Namun seiring berjalannya waktu, berbagai keputusan PSSI, terutama terkait kompetisi, membuat sepakbola nasional kembali menjadi tidak kondusif.
"Saya sangat setuju dengan reformasi di tubuh PSSI ketika itu. Tapi mari kita lakukan reformasi tersebut sesuai dengan koridor-koridor yang berlaku," tulis Bambang.
Ditambahkan Bepe, sapaan Bambang, titik awal permasalahan muncul ketika berkaitan dengan kompetisi. Berawal dari jumlah kontestan yang mencapai 36 tim dengan sistem dua wilayah, kemudian dikurangi menjadi 24 tim memakai format satu wilayah.
Kondisi makin diperparah dengan proses verifikasi seadaanya, serta penyusunan jadwal yang amburadul. Akibatnya, situasi itu membuat tim-tim peserta merasa tidak puas atas kinerja penyelenggara kompetisi yang baru, dalam hal ini PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS).
"Disinilah menurut saya titik awal permasalahan yang sebenarnya. Setelah proses reformasi yang berjalan dengan sedemikian baiknya, maka tahap selanjutnya yang paling krusial adalah segera menjalankan roda kompetisi dengan baik, dan di sini lah bola salju itu mulai bergulir," tambah Bepe.
"Hal tersebut diperparah dengan bersikerasnya PSSI memasukkan nama enam tim ke kasta tertinggi kompetisi di Indonesia. Tim-tim tersebut adalah Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, Persebaya Surabaya, Persema Malang, PSMS dan Bontang FC," tuturnya.
Menurut Bepe, semangat dan hakikat kompetisi adalah membuat sebuah iklim persaingan positif yang pada akhirnya akan menghasilkan siapa terbaik, pantas bertahan dan harus rela turun kasta.
"Menurut saya ini adalah pedoman dasar. Karena, tanpa menghasilkan tim juara, tim yang mampu bertahan dan tim yang harus terdegradasi, maka tensi dan kualitas kompetisi akan datar-datar saja dan tidak menarik sama sekali," ucap Bepe.
"PSSI jelas mencederai hakikat dan semangat kompetisi. Karena di belahan dunia manapun, tidak ada sebuah tim promosi ke kasta tertinggi hanya berdasarkan catatan sejarah kebesaran klub tersebut, apalagi tim yang berstatus tim degradasi terbaik," katanya lagi menegaskan.
"Jika tim yang berhasil bertahan setelah melalui tahapan play-off, mungkin masih dapat diterima. Tapi sebagai tim degradasi terbaik, tentu hal ini juga akan sangat sulit untuk diterima akal sehat," tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar